Bidikdotcom – Indonesia dan Thailand merupakan dua perwakilan negara Asia Tengggara yang jadi sorotan media pada ajang Olimpiade Tokyo 2020 baik dari dalam negeri maupun mancanegara .
Indonesia dalam keikutsertaannya di ajang olahraga musim panas ini mengikuti 8 cabang olahraga sedangkan Thailand 15 cabang olahraga.
Dari sejarah keikutsertaan dalam iven resmi internasional seperti Sea Games, Asian Games dan Olimpiade Indonesia adalah negara yang paling menonjol dari negara-negara Asia Tenggara lainnya termasuk Thailand bahkan manuver Vietnam sebagai negara baru dalam keikutsertaan diajang olahraga dunia tidak diragukan lagi.
Tapi kenapa Indonesia terasa mulai tertinggal dari negara yang bisa dibilang baru diajang resmi internasional.
Kita ingat sepak bola nasional dimasa kejayaan Bima Sakti dan kawan tahun 1990-an bagaimana Thailand sering jadi babak belur bila menghadapi Indonesia.
Demikian juga dari cabang tinju, para petinju profesional negeri Gajah Putih kewalahan menghentikan langkah Elias Pical diajang resmi tinju profesional di wilayah Asia lepas dari cabang Bulutangkis yang memang telah diakui dunia kejayaannya.
Namun para pesohor prestasi tadi hanya menjadi kenangan manis bagi olahraga nasional masa kini bahkan terkadang hanya menjadi penonton dari layar kaca.
Meski begitu seluruh rakyat Indonesia patut berbangga serta memberi apresiasi atas capaian yang diberikan oleh atlet Indonesia saat Olimpiade Tokyo sebagai persembahan bernilai tinggi untuk ibu pertiwi di usia kemerdekaan ke 76 Tahun 17 Agustus 2021.
Medali emas satu-satunya dari cabang bulutangkis diraih Greysia Polii/Apriyani Rahayu sebagai bukti bahwa Indonesia mempunyai nilai juang yang tak pernah kendor untuk mempertahankan martabat bangsa dihadapan dunia walau itu harus terseok-seok memperolehnya.
Akan tetapi dari perkembangan serta kemajuan dunia olahraga Thailand lebih diunggulkan dari Indonesia, meski dibeberapa kesempatan kedua negara ini sering menjadi rival dalam mencapai puncak.
Apa-apa saja alasannya berikut uraian yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Rasa Nasionalisme
Dibawa monarki pemerintahan kerajaan tidak membuat rasa nasionalisme rakyat Thailand surut dan tidak ada elemem pendukung untuk membuat perasaan mereka terbagi dengan slogan bendera merah putih biru “kami Thailand, tidak yang lain”.
Di Tiongkok dan Korea Utara ada istilah “wajib militer” di Thailand juga ada “wajib olahraga”
Salah satu mempertahakan rasa nasionalisme pemerintah Thailand dibawa kendali Perdana Menteri memberikan kebebasan bagi seluruh rakyat yang punya talenta olahraga dibidangnya untuk ikut program wajib olahraga, tanpa harus ke kota-kota besar untuk ikut sasana dan lainnya yang dibiayai langsung oleh pemda setempat bila ada jika berasal dari daerah tersebut.
2.Tidak Mengacak Siaran Televisi
Untuk memberikan tambahan wawasan dalam program wajib olahraga, pemerintah Thailand tidak melakukan acakan program televisinya yang menyiarkan live iven olahraga apalagi televisi yang dikelola pemerintah (BUMN).
Tidak ada istilah hak siar diberikan kepada masyarakat termasuk siaran elit sepak bola dari benua Eropa kecuali ada jaringan kerjasama dengan vendor berbayar sehingga mereka harus mengacaknya,
Contoh cabang olahraga yang tidak diacak siarannya yang dikelola pemerintah :
1. Bulutangkis
2. Sepak Bola (tertentu)
3. Tinju
4. Tenis Meja
5. Taekwondo
6. Bola Volly
7. Dayung
8. Golf
9. Tenis Lapangan
10. Biliard
11. MotoGP
12. Renang
Ke-10 cabang olahraga diatas nyaris tidak pernah diacak meskipun hanya khusus atlet Thailand yang bermain karena memang pemerintah menargetkan apa yang mereka capai, dan lewat program tersebut perlahan tapi pasti Thailand mulai menyalib Indonesia dari segi kemajuan olahraga.
Fakta tersebut dibuktikan dari 15 cabang olahraga yang mereka ikuti diantaranya: Atletik, Badminton, Lari Estafet, Sepeda Cepat, Tinju, Jalan Sepeda, Berkuda, Golf, Judo, Dayung, Layar, Menembak, Renang, Tenis Meja dan Taekwondo.
Ini adalah cabang olahraga terbanyak diikuti Thailand sejak tahun 1984.
3. Suport Lembaga Kesehatan
Lembaga kesehatan Pemerintah Thailand ikut andil terhadap kemajuan olahraga dalam menghasilkan bibit unggul atlet masa depan mereka.
Bangkok Dusit Medical Services (BDMS) satu-satunya lembaga kesehatan terbesar di Asia ini menjadi suport yang sensasional dalam pembelian hak siar setiap siaran olehraga, ini terlihat dalam iklan saat live sepak bola Eropa, Golf Internasional, Tenis Lapangan dan lainnya.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia sebenarnya bisa melampaui negara Thailand jika pengelolaan benar-benar profesional dan tidak mengandung unsur korupsi.
Tidak hanya itu perekrutan atlet masih di dominasi warga perkotaan ketimbang pedesaan, skema presentasi perkotaan 75% dan 25% pedesaan padahal baiknya adalah fifty-fifty. sebab banyak talenta pedesaan yang tak kalah berkualitasnya dengan perkotaan.
Hal lain membatasi kemajuan olahraga nasional adalah jarak latihan yang cukup jauh dan memakan biaya sebab semua berpusat di Jakarta pelatnasnya. belum ditambah dengan carut marut anggaran yang sering dikeluhkan para atlet.
Parahnya lagi istilah “hak siar” membuat siaran olahraga di Indonesia harus diacak, padahal salah satu pemberi rasa nasionalisme tinggi adalah olahraga dan ini bisa memicu masyarakat yang punya talenta di bidangnya untuk terus mengasah kemampuan sebagaimana hasil yang sudah ia tonton.
Itulah sebabnya mengapa siaran TVRI sering diacak saat siaran langsung olahraga padahal televisi pemerintah ini merupakan rumah bulutangkis Indonesia, alasannya adalah hak siar
Coba saja dicek ke masyarakat di daerah-daerah kalau mereka semuanya kenal Greysia/Apriyani, Iko Irawan, Windi Cantika Aisah atau nama-nama timnas bulutangkis lainnya, pasti ada yang tidak kenal. apa yang membuat masyarakat atau publik tanah air tidak mengenal para atlet disebutkan tadi karena satu alasan yakni hak siar.
kurangnya informasi masyarakat tentang keikut sertaan para atlet dalam sebuah pertandingan yang bisa ditonton secara langsung dan gratis dapat memicu ketidak pedulian publik nusantara mendukung para atlet nasional berkipra secara lokal maupun global.
8 cabang olahraga yang diikuti pada Olimpiade Tokyo 2020 seperti : Atletik, Panahan, Selancar, Dayung, Badminton, Renang, Angkat Besi, Menembak sekiranya dapat menjadi pemantik untuk cabang olahraga lainnya agar bisa menyamai rekor Thailand diatas.
Kesimpulan
Pengaturan anggaran yang benar-benar tepat sasaran akan memberikan dampak bagi seluruh atlet yang ikut pelatnas dan bagi para pengurus masing-masing kelembagaan olahraga hindari pungli bila ingin menghasilkan atlet berprestasi sepanjang masa.
Hal kedua adalah jangan pelatnas hanya ada di kota-kota besar seperti Jakarta di daerah dimana atlet tersebut tinggal dapat dibuat pelatnas yang memadai mulai dari bangunan tempat latihan dan peralatan yang nantinya akan dipakai.
deny/BDC