Bidikdot.com – Demokrasi tanah air benar-benar di buat terseok-seok oleh suatu tuntutan yang tidak mendasar UUD 1945 dan Pancasila sebagai panglima dalam menegakan Demokrasi yang berkeadilan benar-benar di uji keberadaannya. politik praktis dan politik identitas menggirng opini publik terhadap dalih atas tindakan mereka yang berkuasa di anggap mencoreng demokrasi.
Pemilu 2019 yang di laksanakan serentak pada 17 April lalu menyisahkan cerita buruk penuntut keadilan yang merasa di rugikan sementara dari pihak yang merasa tidak memiliki kepentingan cuek dan tak bergemining dengan alasan apapun
Tindakan 21-22 Mei 2019 merupakan tindakan anarkis dari tuntutan untuk mendapatkan keadilan dan kebenaran namun semua di pelentir sebagai hal yang harus di sikapi dengan kekerasan padahal ada aksi yang mengatas namakan diri yang ingin menciptakan kedamaian.
Agama di bawah ke podium sebagai sesuatu yang harus di hormati dan hargai oleh siapapun namun tujuan agama yang mulia dan suci di balut dengan kuasa iblis yang ingin mendapatkan tujuan yang menyimpang dairi norma peradaban kasih.
Agama di jadikan alat kepentingan kekonyolan segelintir manusia yang memiliki perilaku kotor untuk tujuan yang ingin di capai.padahal seharusnya agama harus di biarkan berjalan menurut ukuran dan ketetapan sebagai lembaga yang akan membawah umat kepada hidup yang suci, kasih, damai tanpa bercacat.
Terlihat Agama kini menjadi senjata ampuh untuk menutupi kepentingan atas tindakan politik praktis.manusia tidak merasa takut lagi, membawah agama pada tujuan untuk mendapatkan kepentingan dan kepuasan diri sendiri dan kelompok.
Politik seharusnya mendatangkan damai sejahtera, kemakmuran untuk manusia yang diam di bumi dan agamalah yang mendapinginya untuk mendapatkan hal hal yang di sebutkan tadi tetapi lembaga yang penuh kenetralan, menciptakan kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat di kotori dengan alasan kejujuran dan keadilan segelintir manusia yang haus kepentingan dan kekuasaan.
Seharunya juga sadar atau tidak sadar janganlah membawah Agama sebagai alat untuk “menyulap” tujuan mendapatkan kepentingan yang penuh tipu muslihat.
Marilah kembalikan Agama pada tempat yang sesungguhnya jangan bawah “lembaga suci” ini kepada kepentingan kotor tangan-tangan yang tidak berharap adanya kehidupan yang penuh kerukunan dan perdamaian.
Jika ada praktek-praktek terhadap keterlibatan banyak orang mulailah dari dalam lembaga Agama itu jangan membawahnya atau menggiringnya kepada tempat yang akan di jadikan oleh para “penumpang gelap” untuk tujuan yang jahat.(ds)