Bidikdotcom Perjalanan Sejarah Kota Bitung mulai berdirinya hingga hari ini tidak lepas dari peran para pemimpin dalam menghadirkan perubahan dan legitimasi teritorial hingga pada status hukum dalam memberikan kesejahteraan bagi masyarakat atau komunitas sosial dalam keseimbangan mendapatkan keadilan, kesetaraan dan bentuk moral kehidupan sebagaimana dalam falsafa kebinekaan dan UUD 1945.
Kota Bitung bukan hanya tentang siapa didalamnya tetapi juga tentang sejauh mana orang dari luar melihat secara menyeluruh kontribusi atau peran masyarakat dan pemerintahnya terhadap bangsa dan negara dari semua aspek kehidupan yang seimbang. sehingga akan nampak jati diri dan kekhasan sebuah daerah dalam menjalankan dan mempertahankan cita-cita luhur para pendahulunya.
Baca Juga : Hut Kota Bitung Ke 30 Tanpa Festival Dan Pengucapan Syukur
Kini kota yang sering di sebut dengan Kota Cakalang telah memasuki usia ke 30 tahun dalam sejarah pemerintahannya setelah di tetapkan Pemerintah Indonesia dari Kota Administrasi menjadi Kota Madya pada 10 Oktober 1990 oleh Menteri Dalam Negeri Rudini pada masa Pemerintahan SH Sarundajang.
Berbagai perubahan telah dirasakan oleh seluruh masyarakat dengan multi kultur sosial yang di jalani penuh kedamaian dan kerukunan dalam tatanan kehidupan penuh keharmonisan.
Seiring berjalannya waktu Kota Bitung telah menjadi Kota strategi ekonomi pasifik dengan hadirnya pelabuhan kontainer sebagai penggerak ekonomi dari berbagai komoditi pangan, kerajinan kreatif dan bisnis pengolahan ikan serta usaha-usaha lain dengan memakai jasa pelabuhan yang di resmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono.
Meski keberhasilan ini masih perlu di tinjau lagi sejauh mana respek positif terhadap perkembangan dalam peningkatan ekonomi masyarakat menengah kebawa atau UMKM dan petani musiman secara khusus. sebab bila melihat catatan negara-negara Asia Tenggara lain dimana ada beberapa daerahnya menjadi area bongkar muat atau di jadikan sebagai pelabuhan kontainer maka tingkat ekonomi warganya akan meningkat bukan sebaliknya menurun.
Di lansir dari CNBC news salah satu pelabuhan teramai keempat di Tiongkok, Guangzhou memiliki tingkat keramaian bongkar muat barang sangat signifikan setiap harinya dan memiliki efek cukup baik dalam membantu perekonomian warganya khususnya para petani sayuran, seafood dan kerang-kerangan untuk dibawa ke Eropa Timur.
Hadirnya pelabuhan kontainer di Kota Cakalang hingga hari ini dalam aktifitasnya belum dapat mendongkrak pengaruh pertumbuhan ekonomi secara signifikan bagi para petani atau para pelaku UMKM yang memiliki usaha yang dapat di andalkan di pasar global. area ini terlihat hanya mereka dengan kantong tebal dan pebisnis yang memiliki kedekatan dengan pemerintah.
Padahal bila di telisik lebih dalam komoditinya berasal dari para petani atau para pelaku usaha kecil menengah. seperti contoh pengolahan ikan kaleng bahan ikannya dari para pemilik Pambut dan Pajeko namun disayangkan harga ikan sangat murah padahal nilai ekspor dari ikan tersebut melebihi dari yang diperkirakan.
Meski di akui beberapa pilar penunjang hampir terpenuhi di sepanjang 30 tahun ini mulai dari jalan raya dan infrastruktur lain telah dirasakan sangat signifikan perkembangannya. khusus buat warga Pulau Lembeh boleh menikmati jalan lingkar lembeh dimana telah menghubungkan antar kampung di seluruh kelurahan di dua Kecamatan
Wacana jalan lingkar Lembeh berdengung sejak tahun 1987 bahkan proyek ini sering menjadi komoditi andalan dalam kampanye di pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bitung meski realisasinya baru terlaksana tahun 2018 lalu.
Bagaimana dengan sekarang tahun 2020 dan seterusnya?
Beberapa uraian sederhana diatas hanya sebagian kecil dari perjalanan pemerintahan Kota Bitung dalam tiga dekade terakhir hingga masa jabatan Walikota dan Wakil Walikota Maxmilian Jonas Lomban dan Maurits Mantiri yang sejatinya memiliki kelebihan dan kekurangan menjalankan amanat rakyat sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Besar harapan masyarakat Kota Bitung kepada mereka nantinya akan di percayakan memimpin Kota serba dimensi ini lewat pemilihan kepala daerah serentak 9 Desember 2020 mendatang. demikian juga bagi masyarakat dapat memilih pemimpin benar-benar bertanggung jawab dengan apa yang mereka sampaikan saat kampanye bukan hanya sekedar janji.
Pembangunan Kota Bitung bukan hanya diplentir sebagai wahana mencari keuntungan dari manusia-manusia serakah karena akan digelontorkan dana sekian dari Dinas Pekerjaan Umum dan lainnya namun bagaimana membangun sumber daya manusianya yang berakhlak sehingga dapat mengelolah sumber daya alamnya dengan bijaksana termasuk menjalankan proyek-proyek infrastruktur.
30 Tahun merupakan usia yang terus beranjak dewasa sehingga butuh para nahkoda/Pemimpin dengan tingkat kerja profesional yang tinggi dan paling utama takut akan Tuhan. bila pemimpin takut akan Tuhan maka ia akan mengutamakan pekerjaan dengan tingkat keahlian yang mapan dan jauh dari segalah tindakan kejahatan seperti korupsi, gratifikasi, kolusi nepotisme.
Karena jikalau pemimpin seperti ke 4 poin diatas maka 30 tahun kedepan akan seperti saat 30 tahun lalu mungkin juga Kota Bitung akan lebih merosot dalam jati dirinya sebagai orang Bitung bahkan dimungkinkan warga Bitung sendiri akan menjadi penonton.
Kini Kota Bitung akan memasuki babak baru dari berbagai dilema dari catatan tadi, terintegrasinya jalan dari daratan sampai kepulau Lembeh dalam pembangunan infrastruktur nasional akan menjadikan Kota Bitung sebagai atmosfir pergerakan ekonomi baru antar masyarakat secara langsung tanpa perantara (tengkulak) dan di pastikan ekonomi warga Bitung secara menyeluruh akan terbangun.
Baca Juga : Kicauan Miring Antara Corona Dan Agama
Dirgahayu Kotaku sejahtera negeriku jayalah pemimpinku di usia ke 30 tahun Kota Cakalang meskipun hari ini telah didominasi oleh ikan tuna, malalugis, deho, ikan putih akan bangkit sebagai negeri dengan sarana membanggakan dalam mengsejahterakan warganya bukan hanya dilihat, didengar tetapi dinikmati Tuhan memberkati kita semua. (deni sondoh)