Bidikdotcom – Selat Lembeh memiliki cerita sejarah panjang mulai dari tempat persinggahan kapal perang TNI Angkatan Laut saat perang dunia ke II dan pembebasan Irian Barat hingga berlabuhnya kapal-kapal dagang Portugis sebelum menuju Pulau Maluku.
Tidak sampai disitu selat yang membela daratan Kota Bitung dengan Pulau Lembeh memiliki kekayaan laut dengan beragam biodatanya mulai dari terumbu karang hingga ribuan jenis ikan tinggal di dalamnya.
Di era tahun 80-an hingga awal tahun 2000 selat ini menjadi tempat tinggal tersubur kumpulan ikan halus atau ikan Teri, sehingga beberapa kampung pesisir di jadikan sementara tempat tinggal para pencari nafkah dari hasil laut itu seperti pesisir pantai Binuang, Kareko, Baturirir, Rarandam, Mawali, Paudean, Tandurusa, Jiko Aras, Makawide.
Di jaman itu para nelayan yang menggeluti mata pencaharian tangkapan ikan teri dengan alat tangkapan yang disebut “Soma Dampar” bisa di bilang sukses karena langsung di ambil oleh kapal motor cakalang untuk di jadikan umpan.
Hanya saja waktu itu nilai jual ikan Teri kurang mendapat tempat sehingga harganya kadang relatif murah.
Namun diakui melimpahnya “ikan putih” di selat Lembeh kadang mebuat nelayan kelabakan karena kehabisan peralatan penampungan. dimana sebelum di ambil kapal ikan cakalang ikan Teri sebelumnya harus di kurung dalam wadah disebut “kurung-kurung”.
Ikan Teri di selat ini tidak hanya ditangkap malam hari tetapi juga di siang hari sehingga pasokannya kadang membludak bahkan ada dalam satu kurungan karamba mati total disebabkan banyaknya ikan yang di tempatkan dalam wadah itu.
Bauhnya yang khas karena sudah membusuk sangat tercium hingga ke perkampungan lain yang ada di sekitar pantai itu seperti dari kampung Rarandam bisa tercium bau busuk ikan teri hingga ke Pintukota.
Namun beberapa pesisir di pulau lembeh mulai merelokasi wilayahnya dijadikan aktivitas industri seperti galangan kapal dan tempat-tempat wisata diving berbasis hunian resort memberikan pengaruh signifikan menghilangnya ikan Teri dari selat ini.
Bahkan “Soma Dampar” dulunya menjadi ikon kejayaan nelayan ikan putih di kampung-kampung pesisir, kini tinggal dihitung dengan jari dan ada yang sudah tidak tertarik lagi menggunakan alat tangkapan ini dengan alasan sudah sangat sulit mendapatkan ikan yang pernah hidup cukup lama di selat lembeh itu.
Menghilangnya ikan teri dari perairan selat Lembeh juga di pengaruhi oleh sorotan lampu listrik yang cukup tajam terangnya mulai dari arah pelabuhan, galangan kapal, sampai hunian resort membuat ikan berjenis kecik-kecil ini pergi dan menghilang.
ditambah dengan aktivitas bout diving setiap hari melintasi jalur selat lembeh memberikan ketidak nyamanan bagi penghuni laut selat ini dan akhirnya membuat mereka menghilang entah kemana.
Kini masyarakat yang pernah mengalami kejayaan atas kekayaan selat lembeh dengan berlimpahnya ikan teri hanya bisa mengenang masa-masa yang pernah mereka rasakan.
Memang masih ada saat ini ikan putih masuk pesisir selat lembeh namun hanya pada musim tertentu dan biasanya hanya sehari atau semalam selebihnya sudah menghilang, ini pun hanya di dapat di pesisir kelurahan Binuang.
Hari ini Selat Lembeh sudah dijadikan sebagai lalulintas persinggahan kapal-kapal barang atau kapal lainnya sehingga mengharapkan datangnya ikan teri mungkin sudah tidak ada lagi kejayaan yang pernah di alami para nelayan soma dampar hanya bisa di kenang.
deny/BDC